Enam pertandingan. Lima kekalahan. Paling banyak kebobolan. Terserak di peringkat delapan belas dengan jumlah poin yang sama dengan dua penghuni zona degradasi lainnya: tiga. Apa yang terjadi dengan pasukan dari Ennio Tardini ini? Barisan skuad yang kurang mumpuni? Taktik dan strategi Donadoni yang tidak classy? Berbagai penjelasan dan jawaban atas performa Parma sejauh ini mungkin dapat banyak ditemukan di berbagai media cetak maupun digital. Tulisan berikut hanya menyajikan data terkait performa Parma FC sampai dengan pekan keenam dimulai dari promosi ke Serie A pada musim 1990/91 hingga musim ini.

Grafik diatas memberikan informasi semakin menurunnya jumlah kemenangan yang Parma raih dari musim ke musim. Nevio Scala dan Carlo Ancelotti adalah dua pelatih yang mampu menghadirkan empat kemenangan pada enam pekan pertama. Nevio Scala melakukannya pada musim ketiga setelah membawa Parma promosi ke Serie A, sepanjang empat musim berturut sejak musim 1992/93. Sedangkan Ancelotti, yang menggantikan Scala pada musim 1996/97, melakukannya di musim keduanya bersama Parma setelah kesuksesan membawa Parma menjadi runner-up di musim perdananya.
Sembilan belas pelatih berikutnya, dari Alberto Malesani hingga Roberto Donadoni, belum ada yang mampu menyamai bahkan melampaui capaian Scala dan Ancelotti. Yang paling mendekati cuma capaian Cesare Prandelli di musim 2003/04 dan Francesco Guidolin di musim 2009/10 yang mampu mengumpulkan tiga kemenangan pada enam pekan pertama. Bagaimana dengan Donadoni? Sejak musim 2012/13, dimana ia melatih penuh satu musim, Donadoni hanya mampu memperoleh satu kemenangan pada enam pekan pertama di tiap musimnya. Hasil dari mengalahkan Chievo sebanyak dua kali dan Atalanta.

Hasil imbang hingga pekan keenam adalah capaian yang paling konsisten Parma raih sejak promosi hingga saat ini. Terhitung Parma menuai tiga hasil imbang pada sembilan musim. Jumlah tersebut setara dengan 36% hasil imbang yang diperoleh selama 25 musim terakhir. Tertinggi dibandingkan dengan 32% hasil satu kali imbang, 16% hasil dua kali imbang, dan masing-masing 8% hasil empat kali imbang dan tak pernah imbang sama sekali.
Nevio Scala dan Pietro Carmignani adalah dua pelatih yang meraih paling banyak hasil imbang di enam pekan pertama dengan empat hasil imbang. Scala di musim 1991/92 dan Carmignani di musim 2001/02. Namun bila ditilik dari masa kepelatihan, maka Nevio Scala yang melatih Parma di Serie A selama enam musim memberikan hasil imbang terbanyak dengan tujuh kali hasil imbang. Semuanya diperoleh dalam dua musim, 1990/91 dan 1991/92. Bagaimana dengan capaian Donadoni? Ia menguntit di bawah Scala dengan menuai enam hasil imbang yang ditorehkan hanya dalam dua musim. Masing-masing tiga kali di musim 2012/13 dan 2013/14.

Lima kekalahan di enam pekan pertama Parma di musim 2014/15 ini mengulangi prestasi buruk yang sama di musim 2006/07. Bila di musim 2014/15 Parma masih dapat memetik satu kemenangan kala mengalahkan Chievo, maka di musim 2006/07 Parma hanya memperoleh hasil imbang di pertandingan pembuka di awal musim kala berhadapan dengan Torino. Lima pekan berikutnya selalu dihiasi kekalahan demi kekalahan. Dibekap Milan 0-2, dikalahkan Fiorentina 0-1, dibantai Roma 0-4, dipecundangi Sampdoria 2-3, dan dihajar Udinese 0-3.
Tahukah Anda bahwa klub-klub tersebut memiliki catatan frekuensi pertemuan yang cukup sering dengan Parma di laga awal-awal musim (s.d. pekan keenam). Udinese adalah klub yang paling sering Parma hadapi di enam pekan pertama selama 25 musim terakhir. Tercatat dua belas pertemuan dilakoni kontra klub yang bermarkas di Friuli ini. Perjumpaan dengan Fiorentina terjadi sebanyak sebelas kali, Roma sebanyak sembilan kali, dan masing-masing delapan pertemuan kontra Milan dan Sampdoria.

Bila data kemenangan, hasil imbang, dan kekalahan tadi dipotret dalam satu grafik, maka didapati bahwa dalam enam pekan pertama tren kemenangan Parma semakin menurun dari musim ke musim. dan kekalahan mengalami tren sebaliknya. Titik perpotongan tren kemenangan dan tren kekalahan Parma ada pada musim 2003/04. Dan, pada musim itulah untuk terakhir kalinya Parma mampu mencapai posisi lima besar di klasemen akhir.
Bahkan di musim berikutnya Parma harus menjalani babak play-off untuk tetap berada di Serie A. Dengan perolehan poin 42 yang sama dengan Fiorentina dan Bologna, dibuatlah klasemen mini yang memuat pertemuan diantara ketiganya. Fiorentina menempati puncak klasemen, maka terjadilah Derby d’Emilia dengan tajuk menghindari degradasi. Terima kasih untuk gol dari Guiseppe Cardone dan runner-up top skor musim itu, Alberto Gilardino, yang membalikkan keadaan setelah empat hari sebelumnya harus mengakui keunggulan Bologna di Ennio Tardini melalui gol Igli Tare.
Puncak penurunan performa Parma sampai ke titik jenuhnya di musim 2007/08. Tidak ada yang salah dengan pencapaian Parma sampai dengan pekan keenam di musim itu. Bila menjumlahkan jumlah poin yang diraih sampai dengan pekan keenam pada musim tersebut dan tujuh belas musim sebelumnya, maka didapat rata-rata Parma memperoleh sembilan poin. Dan di musim tersebut Parma mendapatkan poin rata-rata tersebut. Bila ditilik pada tujuh belas musim sebelumnya, didapatkan data bahwa Parma memperoleh poin sembilan pada empat musim.
Musim 1990/91 adalah kali pertama Parma mencapai sembilan poin di pekan keenam, dan diakhir kompetisi mampu finish di peringkat keenam. Kemudian di musim 1998/99 dan 2000/01, yang diakhiri bertengger di posisi empat pada klasemen akhir. Terakhir, bercokol di peringkat lima pada musim 2002/03. Namun raihan positif, sembilan poin, yang didapat di awal musim 2007/08 tak diiringi dengan konsistensi sampai dengan akhir musim. Pada akhirnya memaksa Parma turun kasta pada musim tersebut.
Mari kita tengok sekilas terkait pencapaian Parma pada tiap pekannya sampai dengan pekan keenam dalam kurun waktu dua puluh lima musim terakhir pada grafik-grafik berikut dibawah ini.

Sampai dengan musim ini, Parma hanya dapat memetik lima kemenangan di pekan pertama. Kemenangan yang diperoleh hasil melawan Udinese, Cremonese, Napoli, Bari, dan Brescia. Sedangkan hasil imbang menjadi konsistensi tersediri dari pasukan dari Ennio Tardini. Sebanyak enam belas hasil imbang diperoleh pada pekan pertama. Kekalahan dari Cesena di awal musim kemarin adalah kekalahan keempat Parma pada pekan pertama. Sedangkan, tiga kekalahan sebelumnya didapat saat kontra Juventus di musim 1990/91 dan 2012/13 serta Atalanta di musim 1992/93.

Sepuluh kemenangan adalah catatan yang ditorehkan Parma pada pekan-pekan kedua. Walaupun bila ditilik lebih dalam akan lawan-lawan yang dihadapi pada pekan kedua, tercatat hanya Internazionale yang bisa dibilang klub besar. Sisanya, hasil dari menghadapi Bari, Lecce, Padova, Perugia, Albinoleffe, Catanina, Chievo, dan Udinese dua kali. Bila hasil imbang di pekan-pekan pertama mendominasi dengan akumulasi 64%, maka di pekan-pekan kedua menjadi hasil yang paling sedikit diraih dengan hanya 28%. Delapan kekalahan pada pekan-pekan kedua didera kala bersua Chievo, Atalanta, Catania, Juventus, serta Milan dan Udinese masing-masing dua kali.

Parma sangat sedikit menuai hasil-hasil imbang di pekan-pekan ketiga. Tercatat hanya empat hasil imbang yang diperoleh. Kemenangan yang diperoleh pada pekan ketiga lalu adalah yang kedua kalinya kala bersua Chievo. Tiga pertandingan yang berlabel big match pada pekan ketiga yang berhasil dimenangkan Parma adalah ketika berhadapan dengan Napoli pada musim 1990/91, Juventus di musim 1998/99 dan Lazio pada musim 2003/04. Sedangkan empat kemenangan lainnya diperolah atas Cagliari, Reggiana, Piacenza, dan Empoli. Jumlah kekalahan di pekan-pekan ketiga adalah yang terbanyak bila di bandingkan dengan kelima pekan lainnya di enam pekan awal liga. Dua belas jumlahnya. Internazionale adalah klub yang tersering mengalahkan Parma pada pekan ketiga, banyaknya dua kali. Yang paling anyar, di musim 2009/10. Yang paling membekas, kala dibekap 1-5 di musim 1999/00.

Membungkam Fiorentina 3-0 di pekan keempat musim 1995/96 dan membekap AC Milan 3-1 pada pekan keempat di musim 2000/01 adalah salah dua dari tujuh kemenangan yang dicapai pada pekan-pekan keempat. Genoa, Palermo, dan dua kali kala berjumpa Brescia adalah empat kemenangan lainnya. Jumlah yang sama dengan kemenangan juga diraih Parma saat tak mampu meraih satu poin pun. Adalah dua klub ibukota yang paling sering mengalahkan Parma pada pekan-pekan keempat. Lazio sebanyak dua kali dan AS Roma tiga kali. Dua klub ini juga yang paling sering bersua Parma di pekan-pekan keempat, bersama dengan Fiorentina.

Bila perjumpaan dengan Lazio di pekan-pekan keempat hanya menghasilkan satu kali hasil imbang dan dua kekalahan, maka hasil di pekan-pekan kelima sebaliknya. Bersua dua kali dengan klub Elang Biru ibukota masing-masing di pekan kelima musim 1992/93 dan 2009/10, Parma menuai kemenangan. Laga lainnya di musim 2001/02 berakhir dengan skor kacamata. Superioritas Parma di pekan-pekan kelima dibukukan atas Torino, dengan menyapu bersih tiga kemenangan pada tiga laga. Total sebelas kemenangan di raih pada pekan-pekan kelima. Tiga dari enam kekalahan yang diderita pada pekan ini adlaah kala berhadapan dengan Juventus, Fiorentina, dan Roma.

Masing-masing sepuluh kemenangan dan kekalahan diraih Parma pada pekan-pekan keenam. Udinese adalah klub yang paling sering dijumpai pada pekan-pekan keenam. Sebanyak empat kali perjumpaan, berakhir dengan tiga kemenangan dan satu kekalahan. Menyusul kemudian masing-masing tiga kali perjumpaan dengan Fiorentina dan Sampdoria. Tujuh poin yang didapat dari tiga kali persuaan dengan Fiorentina, dan hanya empat poin kala melawan Sampdoria. Kejutannya? Perugia mampu memberikan dua kekalahan dari dua kali perjumpaan di musim 1996/97 dan 1998/99.

Membandingkan poin yang diperoleh pada pekan keenam dengan poin pada akhir musim, serta dikaitkan dengan posisi di akhir musim, maka didapatkan gambaran sebagaimana grafik diatas. Tren posisi akhir klasemen berbanding lurus dengan jumlah kemenangan yang diperoleh sampai dengan pekan keenam sebagaimana digambarkan pada grafik sebelumnya. Tiga poin yang diraih Parma sampai dengan pekan keenam musim ini adalah kali keempat Parma menuai poin di bawah lima. Tiga musim lainnya terjadi secara beruntun sejak musim 2004/05 sampai dengan 2006/07. Sampai dengan pekan keenam di musim 2004/05 Parma meraih tiga poin, musim berikutnya empat poin, dan hanya satu poin di musim setelahnya.
Namun ketiga hasil sampai dengan pekan keenam pada tiga musim tersebut berkontribusi tidak sampai sepuluh persen terhadap raihan poin di akhir musim. Bahkan di musim kala Parma hanya mendapatlan poin satu, poin tersebut hanya berkontribusi 2,4% terhadap jumlah 42 poin di akhir musim. Paling rendah dibandingkan dengan raihan dari dua puluh empat musim lainnya. Meminjam kontribusi poin sampai dengan pekan keenam di ketiga musim tersebut, bila di rata-rata akan menghasilkan 6,14% kontribusi poin di akhir musim. Jadi, dengan tiga poin yang didapat sampai dengan pekan keenam musim ini, maka secara matematik diperkirakan Parma akan memperoleh sekitar 49 poin di akhir musim nanti.

Bagaimana dengan hasil di pekan ketujuh nanti? Bila mengintip data terkait lawan yang akan dihadapi nanti, Atalanta. Parma mampu menuai kemenangan 2-1 pada pekan ketujuh di musim 2002/03. Kemenangan tersebut adalah salah satu dari total sembilan kemenangan Parma yang diraih pada pekan-pekan ketujuh. Perjumpaan masing-masing dua kali dengan klub besar duo kota Milan menyumbangkan empat dari total tujuh kekalahan pada pekan-pekan ketujuh Parma. (soe)
=======
Sekian sekilas data yang dapat disajikan menjadi informasi terkait performa Parma FC sampai dengan pekan keenam di dua puluh lima musim terakhir. Dengan rincian dua puluh empat musim berlaga di Seria A dan satu musim di Serie B pada musim 2008/09. Tulisan ini hanya menyajikan data terkait hasil akhir di atas lapangan (menang, imbang, dan kalah), tidak dengan memperhitungkan kondisi perubahan manajemen yang pasti berpengaruh pada aktivitas transfer klub, pergantian pelatih berkali-kali yang berujung pada pola strategi yang berbeda-beda pula yang turut juga mempengaruhi hasil akhir pertandingan.
Jadi, bagaimana Mr. Donadoni? Haruskah khawatir sejak dini, atau….. lihat saja hasil di akhir musim nanti.
Like this:
Like Loading...